CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »
Kalau kau tanya apa itu cinta,, lihatlah dimataku..

Karena ia telah meninggalkan jejak cahaya disana..

Kalau kau tanya kenapa bisa begitu,, jawabnya adalah kamu..

Dan kalau masih ada tanya kenapa harus kamu,, terus terang,, aku tak tahu..

Karena kata-kata tak sanggup lagi menyampaikan isyarat hatiku..

Pages

Senin, 16 Juli 2012

Sejenak di balik cermin

Naura membuka kran wastafel. Seketika kucuran air dingin nan segar mengucur dengan derasnya. Ia pun membungkuk dan mencuci muka dari air tersebut. Matanya terpejam, ia menggigit bibir bawahnya sendiri, melihat ke arah cermin yang nampak di depannya. Pelan-pelan, ia mengamati bayangan yang terpantul dari balik cermin besar tersebut.

“Apa yang bisa dilihat Advent jika harus memilih gue jadi pasangan hidupnya? Gak ada! Apa yang menjadi daya tarik gue? Gak ada juga! Gue cuma seorang perempuan yang nyaman mengenakan apa yang menjadikan diri gue terlihat nyaman di hadapan banyak orang.”

Naura dengan seksama memperhatikan apa yang terpantul dari balik cermin tersebut. Kaos kebesaran yang selalu menjadi andalannya, dipadukan dengan jaket denim ber hoddie kesayangannya. Gelang-gelang etnik using yang terbaris rapi di lengan kanan serta baby G biru tua yang dengan setia melingkar di lengan kirinya.

Sekilas nampak memang ia tidak seperti perempuan kebanyakan. Dengan berpakaian berantakan serta urakan, jati dirinya dapat muncul. Hal ini yang membuatnya kehilangan kepercayaan diri ketika mendekati seseorang. Ditambah dengan profesinya sebagai seorang Jurnalis, yang selalu mengharuskan dirinya terjun ke lapangan sekalipun badai menghadang. Bukan perkara mudah baginya untuk mencari pasangan hidup.

Laki-laki yang mau adalah laki-laki terhebat menurut yang ia pikirkan. Karena mau mengambil resiko besar ketika memilih dirinyauntuk menjadi pasangan hidup. Dengan keminiman waktu yang ia miliki, penampilan yang tak memadai, serta fisik yang tdiak juga bisa diandalkan, membuat laki-laki pada umumnya sekarang memilih untuk bersama dengan perempuan rumahan yang anggun.

Naura menunduk. Tangannya merogoh ke dalam balik saku denimnya. Menemukan sebuah pulpen bercorak wayang dengan warna kesukaannya. Memperhatikannya dengan seksama. “Kenapa gue jadi kangen dia gini? Kenapa harus dia? Kenpa harus dia yang membuat kupu-kupu di dalam perut gue seakan-akan mau terbang?!” Naura berteriak. Kedua tangannya terkepal.

“Sebisa mungkin, gue harus menolak perasaan ini! Harus! Dia abu-abu! Dan gak bisa gue paksa dia untuk menerangkan warnanya! Tapi sulit. Sulit ketika harus memaksakan diri untuk tidak jatuh cinta!”

Naura tertunduk lesu. Sekali lagi ia memperhatikan bayangannya sendiri di depan cermin.  “Baiklah, gue memang sudah saatnya memilih untuk tidak meneruskan semua ini. Semoga memang ini yang terbaik.”

Naura berlalu meninggalakan toilet dan kembali ke ruang kerjanya. 

0 komentar:

Posting Komentar

Menanti

Aku tidak ingin menghabiskan waktu bersama dengan orang yang tidak aku cintai sama sekali..

Dan aku telah memilih,,

Untuk menunggu orang yang aku cintai..