CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »
Kalau kau tanya apa itu cinta,, lihatlah dimataku..

Karena ia telah meninggalkan jejak cahaya disana..

Kalau kau tanya kenapa bisa begitu,, jawabnya adalah kamu..

Dan kalau masih ada tanya kenapa harus kamu,, terus terang,, aku tak tahu..

Karena kata-kata tak sanggup lagi menyampaikan isyarat hatiku..

Pages

Senin, 31 Oktober 2011

Tak Kan Ada Aku Lagi

Sunyi, senyap dan dingin. Hanya terdengar bunyi suara dari alat-alat medis yang terpasang pada tubuh seorang perempuan yang kini terbaring lemah tak berdaya. Hanya alat-alat tersebut yang dapat membantunya untuk tetap bertahan melawan rasa sakit yang di deranya. Namun, semakin hari kondisi tubuh perempuan semakin kritis. Sudah hampir dua minggu ia terbaring tak sadarkan diri di dalam ruangan ini.
***
“Kue udah, kanvas udah dibungkus, mug juga udah oke, sip lima belas menit lagi gue berangkat.” Ujar Wina sambil merapihkan barang bawaannya agar mudah untuk dibawa.
“Win, lo beneran mau ke Bandung? Tetep mau kasih semua ini ke Drian?” tanya Naiia dengan nada meninggi.
Wina mengangguk mantap ke arah sahabatnya tersebut.
“Buat apa sih Win? Drian itu gak cinta sama lo! Jangankan cinta, peduli aja enggak!”
“So?” tanya Wina dengan nada malas-malasan.
“Ya lo sadar gak sih apa yang lo lakuin ini? Buat apa lo berkorban segini gede nya buat orang yang gak akan pernah bisa ngerti perasaan lo Win! Berapa banyak waktu, tenaga, uang yang lo buang cuma buat dia! Sampe lo mati pun itu gak akan pernah ngubah perasaan dia ke lo! Coba berfikir realistis Win! Liat kenyataannya, dia cinta mati sama perempuan lain, yang juga temen kita kuliah dulu!” kali ini Naiia berkata tegas, berharap sahabatnya tersebut mau berubah pikiran.
“Jadi, sampai kapanpun gue gak bakalan dicintai Drian ya Naii?” tanya Wina dengan nada tenang sambil pandangannya fokus ke arah barang-barang yang akan dibawanya ke Bandung.
“Iya!!! Masih kurang jelas juga ya kata-kata gue barusan!” bentak Naiia dan langsung menatap mata Wina.
Wina membalas tatapan mata sahabatnya dengan tenang sambil tersenyum sinis. “Naii, kalo di kehidupan nyata gue gak bisa dan gak boleh jadi cinta nya Drian, apa lo masih tega, ngelarang gue buat jadi cinta nya Drian di kehidupan mimpi gue? Lagian, gue gak minta Drian langsung cinta ke gue setelah gue kasih semua kejutan ini kok! Gue cuma pengen dia seneng dengan semua kado yang gue kasih nanti. Itu aja udah cukup buat gue! Gue emang cinta banget sama dia, sampai detik ini dan gak tau sampe kapan, tapi gue udah gak mikirin masalah dia yang gak bisa cinta ke gue Naii! Gue malah bersyukur bisa mencintai dia, karena itu ngajarin gue bagaimana ketulusan mencintai seseorang tanpa balas. Lo gak tau kan gimana rasanya? Percuma lo banyak uang sekalipun, kalo belom pernah melakukan sesuatu hal untuk orang yang gak akan pernah bisa membalasnya!”
Naiia terdiam mendengar perkataan Wina barusan. Sungguh sudah tidak ada cara untuk menghalangi Wina. Inilah Wina, berjuang sekeras apapun demi mendapatkan apa yang diinginkan. Terkadang tak peduli seberapa sakitnya dirinya demi membahagiakan orang lain, orang yang sangat disayanginya. Tak lama kemudian, Wina pamit. “Doain lancar ya Naii, sampe ketemu lusa. Bye.”
***
Dari arah koridor terdengar derap langkah terburu-buru. Ternyata dokter dan para perawat dengan membawa peralatan medis setengah berlari masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan ICCU.
Kemudian seorang perempuan paruh baya dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir membasahi pipi nya menghampiri dokter dan perawat yang baru saja keluar dari ruangan tempat anak perempuan satu-satunya dirawat.
“Gimana dok keadaan Wina anak saya? Wina baik-baik saja kan dok?”      
Dokter diam sejenak. Kemudian menghela nafas panjang. “Keadaan Wina semakin memburuk Bu. Maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Kami tadi memasang alat bantu bernafas untuk Wina, tetapi hal tersebut tidak dapat bertahan lama. Kemungkinan Wina drop, masih akan terjadi,” kata Dokter lesu.
            “Sebenarnya apa yang terjadi dengan Wina dokter? Bukankah dokter telah berhasil mengobati luka dari kecelakaan yang menimpanya? Mengapa malah sampai saat ini Wina tak sadarkan diri juga?”
“Sepertinya Wina mengalami shock yang sangat berat. Saya tidak tahu apa yang menyebabkannya seperti ini. Mungkin Ibu yang lebih tahu, sebelum kecelakaan tersebut terjadi, apakah Wina mengalami masalah yang cukup berat atau sesuatu telah terjadi dan mengguncang jiwanya, sehingga sampai saat ini, Wina enggan sadarkan diri.”
            “Lalu apa yang harus saya lakukan Dokter?” tanya Ibu Wina.
            “Berdoa. Agar ada kejaiban yang bisa membuat Wina sadar dari koma ini. Kami permisi dulu Bu.”
            Dokter dan perawat berlalu. Meninggalkan Ibu Wina yang terdiam berdiri di depan ruangan anaknya dirawat.
***
“Surprise!!!” teriak Wina penuh semangat ketika mendengar suara pintu kamar terbuka. Dengan kedua tangan yang memegang sebuah kue berbentuk kamera, Wina menyerahkannya ke hadapan Drian.
“Happy Birthday Drian!!” teriak suara yang lain dan tak kalah hebohnya.
Wina menyanyikan jingle selamat ulang tahun untuk Drian. Disusul oleh teman-teman yang lain sambil meniupkan terompet dan bersorak-sorai penuh kegembiraan. Mereka tak peduli pada dingin nya malam itu. Karena Bandung pada tengah malam selalu menghembuskan angin yang cukup membuat badan menggigil.
“Makasih Wina, jauh-jauh ke sini cuma buat kasih kejutan ke gue.” Kata Drian dengan nada datar yang selalu ia tunjuk kan ke arah Wina.
Wina selalu memberikan senyum manis ke arah Drian. Apapun sikap yang Drian tunjuk kan padanya, Wina tetap berusaha tidak menunjukkan kekecewaannya tersebut.
***
Sesampainya di Rumah Sakit Medika. Naiia membawa Drian yang masih setengah bingung ke ruangan Wina. Mereka berhenti tepat di depan sebuah kaca di mana dapat terlihat dengan jelas, para dokter sedang berusaha membantu membuat Wina sadar. Drian masuk dan mendekati ranjang Wina, menatap Wina perlahan, kemudian menyentuh ujung jari jemari Wina yang telah dingin. Tetapi kemudian terdengar suara bunyi dari sebuat monitor. Suara yang sama sekali tidak ingin didengar oleh siapapun. Para dokter dan perawat bergegas masuk mengerubungi ranjang Wina. Drian mundur beberapa langkah. Kemudian tertunduk lemas di pinggir ranjang Wina.
***
            “Na, makasih banyak yah buat surprise nya, kue nya, kado-kado nya, bagus banget kanvasnya, kreatif, unik dan gue suka.” Kata Drian.
            “Iya Dri, sama-sama.”
            “Entah gimana gue ngebales semua kebaikan lo ini Na, hehehehe.”
            Wina tersenyum. “Lo ga perlu ngebales semua ini Dri. Dengan liat lo seneng sekarang karena kejutan dari gue aja, itu udah cukup banget. Maaf ya, gue cuma bisa kasih barang-barang kayak gitu, semoga berkenan di hati. Hahaha.”
       Mereka berdua tertawa lepas. Menikmati udara malam Bandung yang dingin dengan secangkir kopi hangat. Walau hanya sesaat, tetapi Wina dapat merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya bersama laki-laki ini. Wina tahu, Wina sadar, jika dirinya sudah berada di Jakarta, keadaan seperti ini hanya tinggal kenangan. Tidak akan pernah mungkin terulang.
***
“Ini kamarnya. Kamu coba buka dengan kunci yang tadi Ibu berikan. Ibu tinggal yah. Di depan masih banyak tamu yang datang. Masih banyak teman-teman Wina yang melayat.”
“Iya tante. Makasih.”
Ibu Wina pergi menjauh, meninggalkan Drian yang kini terdiam mematung di depan sebuah pintu kamar berwarna coklat kegelapan. Dengan kunci yang berada di tangannya, Drian membuka perlahan pintu tersebut. Ketika pintu sudah terbuka, dia sangat terkejut melihat isi dari ruangan ini. Terdapat sebuah lukisan besar di dinding. Yang sengaja dibuat kasar oleh Wina. Sebuah puisi yang berbunyi:
Aku mencintaimu,,
melebihi dari pertemuan pertama dengan cinta itu sendiri..
Aku mencintaimu,,
seperti hujan yang turun membasahi tanah..
Aku mencintaimu,,
seperti matahari yang selalu menyinari bumi ini..
Aku mencintaimu,,
seperti bulan yang tak pernah bosan menerangi langit ketika malam datang..
Aku mencintaimu,,
seperti bintang yang dengan setia menerangi langit langit malam yang sunyi..
Dengan bergantinya detik,menit,jam,hari,minggu,bulan,tahun,dan musim..
Aku akan selalu cintaimu..
Sekalipun sampai dunia ini berhenti berputar dan kau tetap tak melihat dan merasakannya..
Tidak hanya itu, di atas meja kayu tua terdapat sebuah tembikar. Tembikar berbentuk huruf atau bacaan HAPPY 22th BIRTHDAY DRIAN yang separuhnya masih kasar, belum sepenuhnya selesai. Sepertinya tembikar tersebut memang akan Wina berikan untuk Drian, namun entah mengapa, Wina membatalkannya.
Drian menyentuh tembikar tersebut. Memperhatikan setiap detail yang nampak pada tembikar yang bertuliskan namanya. Pandangan Drian kini beralih ke sebuah dinding lain. Dinding yang bertuliskan, Antara Aku, Kamu dan Ketidak sengajaan itu. Dimana di dinding tersebut terdapat banyak sekali foto-foto akan dirinya terpampang dengan jelas. Foto-foto kebersamaan mereka saat kuliah dulu, pertemuan pertama mereka secara tidak sengaja di sebuah kantin, bahkan foto-foto saat Wina datang memberikan kejutan ulang tahun. Dan terdapat kalimat yang menggetarkan hati Drian. Bertuliskan: Aku selalu mencintai kamu, sekalipun kamu tidak pernah mencintai aku. Terdapat pula foto-foto bagaimana Wina mempersiapkan kejutan ulang tahun untuk Drian. Bagaimana susahnya Wina mengumpulkan 22 foto ucapan yang akhirnya dilukis dan diberikan kepada Drian. Drian tertunduk lemas. Tangannya mengepal. Kemudian berteriak menyesali semuanya.
“Winaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!! Aaaaaarrrggghhh!!!” teriak Drian. “Maaf,, maafin gue, gue gak bermaksud melukai perasaan lo. Gue gak berniat sedikit pun untuk ga menghargai semua pengorbanan lo ke gue!” suara Drian perlahan mengecil, yang terdengar hanyalah isak tangis penyesalan.

0 komentar:

Posting Komentar

Menanti

Aku tidak ingin menghabiskan waktu bersama dengan orang yang tidak aku cintai sama sekali..

Dan aku telah memilih,,

Untuk menunggu orang yang aku cintai..