CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »
Kalau kau tanya apa itu cinta,, lihatlah dimataku..

Karena ia telah meninggalkan jejak cahaya disana..

Kalau kau tanya kenapa bisa begitu,, jawabnya adalah kamu..

Dan kalau masih ada tanya kenapa harus kamu,, terus terang,, aku tak tahu..

Karena kata-kata tak sanggup lagi menyampaikan isyarat hatiku..

Pages

Kamis, 10 Februari 2011

Biarlah Berlalu



Dulu, aku fikir aku telah memahami arti cinta yang sesungguhnya. Pengalaman cinta seperti apa sih yang belum pernah aku rasakan? Aku sudah merasakan semuanya. Semua segala pahit dan manisnya cinta. Umurku memang belum genap dua puluh dua tahun. Belum cukup dewasa dan mengerti tentang cinta. Mungkin masih banyak yang harus aku pelajari kembali tentang cinta.


Tapi, semua itu untuk apa?? Untuk apa aku mengetahui tentang cinta?? Untuk apa?? hanya untuk merasakan kepedihan lagi?? merasakan sakitnya hati yang tertusuk duri cinta?? merasakan sesaknya ketika cinta itu pergi??


Kenapa?? kenapa semua orang menyanjung cinta?? cinta cuma akan melukaimu!!
Ketika ia berhasil meraih hatimu, dengan seenaknya dia akan pergi!! Itu yang akan kau dapatkan!!


Lihat aku???
Aku salah satu korban cinta. Karena dia, sampai saat aku sulit membuka hati untuk laki - laki manapun. Aku fikir, semua laki - laki sama! Penipu, brengsek, dan hanya memberikan cinta yang palsu.
Kurang cinta apa aku padanya??
Laki - laki yang memintaku untuk bersamanya tiga tahun lalu! Dia berikanku segalanya. Melebihi cinta nya sendiri pada keluarganya. Begitupun aku. Aku berikan semua kasih sayang ku ini untuknya. Mataku seolah tertutup akan kebaikan yang selalu diberinya. Aku tak bisa melihat sedikitpun cela yang ada padanya. Bagiku, dia sempurna. Memiliki masa depan yang indah jika aku bersamanya.


Hari hariku. tak pernah sedikitpun aku lewatkan tanpa dirinya. Dia selalu menemaniku sekali dua puluh empat jam. Sesibuk apapun dia, dia pasti bisa meluangkan waktunya untukku. Hanya untuk melihatku sebentar saja. Kami banyak menghabiskan waktu bersama. Namun, satu bulan kemudian, dia harus kembali. Dia pulang ke kota kelahirannya demi menjaga Ibunda yang sedang sakit dan mengurus usaha keluarga disana. Sebelum dia pergi, dia berpesan padaku, "Jaga cinta kita dengan cincin ini ya. Ga lama lagi, aku akan selalu ada di samping kamu".


Aku melepasnya pergi. Dia berjanji akan mengunjungiku satu bulan sekali disini. Menurutku, tak apalah jika saat ini kami harus menjalani hubungan jarak jauh. Aku sangat  yakin sekali, jika dia kembali nanti, dia akan mengajakku untuk hidup bersamanya.


Awalnya, aku merasa sangat kesepian tanpa dia. Aku harus menahan rindu yang sangat lama sekali. Begitupun dia disana. Kami hanya melepas rindu lewat komunikasi yang tak pernah putus. Aku yakin sekali, disana dia pasti akan menjaga keputihan cinta ku ini. Begitupun denganku disini.


Dengan setia, aku selalu menunggunya. Menunggunya untuk kembali berada di dekatku setiap saat. Kapanpun aku mau, kapanpun aku butuhkan. Aku tidak tergoda sedikitpun dengan laki - laki lain disini. Aku sungguh - sungguh menjaga putih cintanya. Seperti yang aku katakan sebelumnya, karenanya aku menjadi buta. Buta untuk mengetahui dunia luar, buta untuk mengetahui segala tentangnya lebih banyak lagi. Aku terlalu terbuai oleh kata-kata dan janji manisnya. Aku percaya, setelah dia kembali, dia tak akan pernah lagi jauh dari sisiku.


Selama tujuh bulan aku menunggunya untuk pulang. Selama itu pula aku menjaga putih cintanya ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang dilakukannya disana. Aku hanya selalu berfikir, cinta kami saling menguatkan satu sama lain. Jadi tak akan mungkin terjadi sesuatu yang buruk. Lagipula, ikatan batin antara aku dan dia sangat kuat. Aku bisa tau apa yang sedang dia rasakan. Apalagi saat dia sedang sakit. Begitupun dia, kami sungguh - sungguh saling mengisi dan melengkapi.


Kami sering melakukan aktifitas bersama sekalipun kami berjauhan. Kami sering pergi ke pantai bersama. Kami sama sama mencintai laut. Mencintai deburan ombak dan sinar sunset. Kami sering duduk di pinggir pantai, hanya untuk menikmati deburan ombak dan butiran air laut yang mengenai kaki kami. Kami memejamkan mata bersama. Merasakan setiap hembusan angin yang bertiup pelan dan menerpa wajah kami berdua. Inilah saat yang bisa membuatku sangat nyaman. Membuatku merasa menjadi wanita paling beruntung karena memilikinya. Laki- laki romantis dengan sejuta kata cinta.




Semakin lama. Aku semakin merasa terlalu mencintainya. Sampai suatu saat, apa yang aku takuti terjadi. Dia kembali ke Jakarta. Dia kembali menemuiku. Dia juga masih sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah sedikitpun dengannya. Namun, terdapat bayangan wanita lain di belakangnya.


Dia berusaha untuk menjelaskannya padaku. Ternyata, hubungan kami ditentang oleh kedua orang tuanya. Hanya apa?? Perbedaan suku! Sungguh tak masuk diakal. Hanya karena aku yang mempunyai darah jawa, sementara dia sunda banten asli, tidak diperkenankan menjalin hubungan. Lalu siapa yang harus disalahkan?? Orang tuaku?? karena telah melahirkan aku?? atau Ayahku?? karena menikah dengan wanita keturunan jawa. Ataukah Tuhan, yang telah mengatur semua ini??!! Nonsense!!




Persetan dengan suku dan adat istiadat!! Persetan dengan kebudayaan. Cinta itu saling menyatukan, bukan justru menghancurkan! Sampai saat ini, aku gak pernah paham dengan semua ini. Sungguh tak masuk diakal jika hubungan kami harus berakhir dengan cara seperti ini. Perbedaan suku. Halooo??? Ini sudah bukan jaman siti nurbaya lagi. Ini jaman demokrasi. Siapapun berhak menentukan pilihannya masing - masing! Lalu kenapa?? Kenapa dia juga lebih memilih perkataan orang tuanya dibanding aku??


Well,, i know, we must obey all the commands of parents. whatever it!! tapi bukan seperti ini juga. Masih banyak cara yang bisa ditempuh. Aku mau bertemu dengan orang tuanya, menjelaskan bahwa aku tidak seburuk yang mereka kira. Aku selalu menceritakan kebaikan mereka pada orang tua ku. Aku tidak pernah punya niat sedikitpun untuk merebut harta anaknya. Tidak sama sekali. Aku bukan wanita yang dilahirkan seperti itu. Orang tua ku pun tak pernah mengajarkan hal itu. Jadi kenapa, dan apa alasannya mereka (orang tuanya) menilaiku seperti itu??


Aku sudah tidak bisa berbuat apa - apa lagi selain membencinya. Perasaan cinta yang menggebu, kini berubah menjadi perasaan benci yang teramat mendalam. Aku tak mau mendengar apapun dari mulutnya, sedikitpun! Dia pun lebih memilih untuk menikah dengan perempuan itu dibandingkan harus memperjuangkan aku di depan keluarganya. Sudahlah, memang semuanya harus berakhir dengan cara seperti ini.



Aku tahu bagaimana rasanya dicampakan! Aku tahu rasanya dibohongi! Aku tahu bagaimana rasanya dikecewakan oleh orang yang sangat kita cintai. Aku tau semua itu. Semua kesakitan itu aku pernah merasakannya! Melihat orang yang kau cintai melangkah hidup bersama dengan orang lain. Padahal kalian telah merajut mimpi indah bersama. Namun pada kenyataannya?? Siapa yang membangun, siapa pula yang menikmatinya?! Jadi jangan pernah menilai aku tidak pernah merasakan sakit!!


Setelah kepergiannya bersama wanita itu. Aku shock sekali. Jiwaku hampir terguncang. Tak ada yang aku lakukan selain menangis dan menangis. Semua teman - temanku berusaha untuk menghibur. Namun tak ada yang bisa membuatku kembali seperti sediakala. Untuk menutupi perasaanku yang hancur, aku bertekat akan menyakiti hati laki - laki dengan caraku. Aku akan berpura pura dan mengandalkan kata cinta untuk membuat mereka hancur sehancur - hancurnya. Sama seperti perasaanku saat ini.


Usahaku berhasil. Selama setahun aku tidak berpacaran dengan siapapun. Kecuali aku hanya bermain - main saja dengan mereka. Oke, aku memang bilang cinta dan sayang,  namun semua itu palsu. Aku hanya ingin memberikan kesan, aku kuat tanpa dia! Aku bisa mendapatkan laki - laki yang lebih dari dia. Aku ingin mereka merasakan apa yang aku rasa ini.


Ternyata aku salah. Aku sungguh - sungguh belum mengenal apa arti cinta yang sesungguhnya. Yang aku tau hanyalah, Cinta omong kosong! Cinta itu penghancur! Bahkan aku sampai tidak mempercayainya lagi sebelum bertemu dengan Drian.


Segala penilaianku tentang cinta dan kasih sayang berubah. Memang, dia tidak pernah mengajarkannya. Tapi membuatku menemukan jawabannya. Aku kembali patah hati. Namun, aku bersyukur atas kepatah hatian yang dikarenakan oleh Drian. Karena ini lebih mengajarkanku untuk bisa menghargai cinta yang datang menghampiri, dan tidak menyianyiakannya. Hanya untuk kesenangan duniawi. Tak akan pernah ada kata yang tepat untuk menggambarkan cinta itu seperti apa. Ia hanya sebuah perasaan yang ketika kau sedang berada di dekat orang yang kau cintai, ada sesuatu yang berdesir di dadamu. Itulah cinta. Memberikanmu rasa nyaman dan kau selalu ingin bersamanya.


Mungkin aku pernah merasakan ini pada mantan tunanganku terdahulu, namun setelah aku pahami, sesungguhnya aku tidak benar - benar mencintainya. Karena ketika dia pergi untuk bersama dengan orang lain, aku malah membuat hidupku sendiri hancur. Itu bukan cinta. Tetapi itu egois terhadap perasaan sendiri. Itu hanya nafsu. Nafsu yang sangat berbahaya jika tidak dihentikan. Beruntunglah aku bisa bertemu dengan Drian. Dan kembali merasakan jatuh cinta seperti dulu lagi. Sungguh - sungguh jatuh cinta. Rela menunggunya, rela bertahan untuknya, dan rela berkorban untuknya.


Terimakasih Drian. Kamu banyak mengajarkanku tentang makna hidup ini. Secara tidak langsung pastinya. Walaupun sesungguhnya, aku mempunyai keinginan kuat untuk bisa membuatmu nyaman.

0 komentar:

Posting Komentar

Menanti

Aku tidak ingin menghabiskan waktu bersama dengan orang yang tidak aku cintai sama sekali..

Dan aku telah memilih,,

Untuk menunggu orang yang aku cintai..