CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »
Kalau kau tanya apa itu cinta,, lihatlah dimataku..

Karena ia telah meninggalkan jejak cahaya disana..

Kalau kau tanya kenapa bisa begitu,, jawabnya adalah kamu..

Dan kalau masih ada tanya kenapa harus kamu,, terus terang,, aku tak tahu..

Karena kata-kata tak sanggup lagi menyampaikan isyarat hatiku..

Pages

Rabu, 09 Februari 2011

Yes, You Can!!

izin repost yah ;)


By Alanda Kariza in Life Lessons, Personal

Reading time: 6 – 9 minutes

Kemarin, saya menerima komentar dari Cut Naila, tapi rasanya tidak cukup jika dijawab di Comments. Menurut saya, mungkin komentarnya mewakili banyak pemuda Indonesia, sehingga harus dijawab di sini :) Terima kasih banyak.

Wow, your thoughts are one of a kind ! Salut, I fully appreciate it. Masalahnya, gak semua anak muda punya prestasi outstanding spt kakak yg bisa menunjang karier kedepannya.

Nah, ini mindset yang perlu diubah. Prestasi seseorang tidak diperoleh karena keberuntungan, melainkan karena keinginan, kemauan, dan kegigihan untuk mencapainya. Prestasi itu suatu hal yang bisa (dan harus) diraih. Jujur, membaca ini, hati saya merasa tidak enak — seolah-olah apa yang saya peroleh semata-mata karena “kebetulan” saya memperolehnya. Tapi, tidak seperti itu. Saya, maupun orang lain, memperoleh sesuatu karena jerih payah, karena keinginan, karena harapan.

Gak semua anak muda itu jago dlm hal-hal diluar akademis spt berorganisasi dsb.

Semua orang memiliki bakat, baik di bidang akademis maupun non-akademis. Yang tidak memiliki bakatpun bisa berprestasi apabila memiliki kemampuan. Ambil contoh, teman saya Yoris Sebastian, ia (dan saya) percaya bahwa creativity is a habit – kreativitas bisa dibangun, dan dilatih. Itu bukan sesuatu yang kita dapat dari lahir. Dari kecil, Yoris merasa tidak kreatif, tapi ia melatih dirinya karena menjadi kreatif itu penting. Di usia 26 tahun, Yoris menjadi General Manager Hard Rock Cafe, tanpa mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Jika kreativitas saja bisa kita tumbuhkan di dalam diri kita, mengapa kemampuan berorganisasi tidak bisa? Orang sesukses Steve Jobs, ketika lahir pun ia sendirian, tidak punya atasan maupun bawahan, tidak punya partner kerja, tidak punya teman setim, sama seperti kita semua. Kemampuan akademis dan non-akademis bisa dilatih – kalau kita mau. Yang jadi masalah adalah… apakah saya, kamu, kita mau?

Gak semua orang cerdik dlm nyari kesempatan spt kk.

Kesempatan tidak harus dicari, tapi bisa diciptakan. Bruce Lee pernah berkata, “To hell with circumstances, I create opportunities.” Saya sangat setuju dengan hal itu. Jika belum bisa menciptakan kesempatan, sisihkan uang kurang-lebih Rp5000,-, pergi ke warnet… Ada alasan mengapa sebagian orang menganggap bahwa internet adalah salah satu teknologi terhebat yang pernah ditemukan. We can find almost any information we need there, including opportunities. Jauh lebih baik jika bisa dimanfaatkan untuk mencari kesempatan kan dibanding hanya cek Facebook atau Twitter?

Gak semua anak muda berkesempatan untuk memilih langkah downstream.

Kembali lagi – kesempatan selalu ada. Kesempatan untuk memilih upstream, downstream, atau bagaimanapun kamu menyebutnya. Saya kurang mengerti definisi downstream kamu ini apa, jadi maaf jika responnya kurang jelas juga.

Gak semua anak muda punya talent luar biasa spt leadership skill dll untuk dibanggakan dan jadi modal besar.

Seperti yang sudah saya katakan: Kemampuan harus dilatih untuk menjadi ada, didukung dengan kemauan. Jika menurut kamu saya memiliki leadership skill, sejujurnya, saya merasa belum menjadi pemimpin yang baik. Tapi, saya mau belajar, supaya nanti bisa jadi pemimpin yang baik. Kita semua sedang belajar, kok. Bahkan, Richard Branson, Stephen Covey, juga pasti masih belajar.

Sehingga, banyak dari anak muda ini, termasuk aku, yang masih perlu ambil langkah mainstream spt kuliah di univ negri, milih jurusan kedokteran, ekonomi, teknik, dll,,, untuk mensupport masa depan. Belom lagi kalo ada tuntuan dari segi finansial keluarga ( contoh : anak pertama perlu biayain adik, dll).

Seperti yang sudah saya tulis di post saya, saya juga anak pertama yang harus membiayai adik, karena itu saya pilih mengambil beasiswa di universitas swasta karena jatuhnya lebih murah dibanding di universitas negeri.

Dan dlm kenyataannya, walaupun sekarang udah banyak yg mikir kalo jurusan mainstream ini oldschool bgt dan gak happenning lagi, masih banyak kok anak muda yang berminat sama jurusan2 mainstream ini.

Tentunya. Buktinya saya dari SD sampai SMA (bahkan mungkin sampai sekarang), masih terobsesi untuk kuliah di Fakultas Hukum UI. Saya sudah mencoba sebisa mungkin, I did my best, tapi tetap tidak diterima. Tapi, itu tidak berarti saya akan memiliki masa depan yang buruk, atau mengecewakan orangtua. Saya percaya, kita semua bisa “make our marks” melalui cara kita masing-masing.

Kalo dipikir2 lagi, oke, indonesia masih butuh sineas2 idealis yg semoga lebih aspiratif daripada anggota dpr, indonesia masih butuh public-figure2 yg bisa bangkitin nasionalisme kita, indonesia masih butuh seniman-seniman sebagai dengan segala kritik tajamnya yang membangun bangsa,,, tapi sebagai suatu negara masih butuh ekonom yang mastiin kas negara nggak amburadul, masih butuh dokter-dokter berbakat yang bersedia mengabdi untuk sesama, masih butuh insinyur-insinyur yang bisa bikin plan-plan di semua sektor dengan sistematis dan realistis.

Setuju. Itulah mengapa, jurusan paling most wanted tetap Manajemen, Hukum, Komunikasi, Kedokteran, dan lain-lain. Ada ribuan orang yang mendaftar untuk jurusan tersebut. Kalau kamu bicara sineas, IKJ masih menjadi salah satu universitas negeri yang least wanted, karena stereotip yang orang berikan terhadap kampus tersebut. Walaupun begitu, kita lihat prestasi sineas Indonesia. Walau Indonesia cuma punya satu sekolah film yang menyediakan gelar sarjana, kita memiliki sangat banyak sineas berbakat dan film-film yang menang di festival-festival internasional. Alhamdulillah.

Personally, aku berharap banget kedua dunia downstream dan mainstream ini bisa kerja sama saling mengisi biar Indonesia lebih baik. Bidang downstream majuin bangsa dgn cara kreatifnya sendiri dan gak lupa ngasih kritiknya buat yang kerja di bidang mainstream. Bidang mainstream membangun negara dengan prefosional dan gak lupa ngedengerin input dan masukan positif dari bidang downstream, juga ngejamin ‘keberadaan’ bidang downstream ini ;) hopefully Indonesia di tangan kita, anak muda, bisa baik dengan cara seperti ini ;)

Aku sejujurnya, pingin bgt kerja di bidang journalism, fashion industry, dan creative industry. Aku juga minat bangett sama ekonomi makro mikro dan alhamdulillah baru diterima di akuntansi ui. Makanya tadi waktu baca postingan ini agak gimanaa gitu. Agak takut. Karena awalnya aku pingin bgt masuk ui bukan semata2 karena kebanggaan, karena aku pingin ngambil ilmu, memperkaya diri, di tempat dengan sumber daya (yang dinilai) terbaik di negri ini. Kayanya, ujung2nya balik ke orangnya masing-masing apakah dia bisa menemukan dirinya yang terbaik di tempat dia berada. Rite ? kalo nyaman di univ, negeri, insyaAllah kita bisa sukses. Kalo nyaman di swasta, insyaAllah kita pasti bisa sukses juga ;)

Selamat ya, diterima di Akuntansi UI! Hebat sekali. Ada banyak orang yang sudah diterima UI/ITB dan mengeluh kesulitan. Kalau sudah diterima dan kamu memilih UI, go for it. Janji pada saya dan diri kamu sendiri, kamu tidak akan pernah mengeluh maupun menyesal ya :)

Masalah “sukses”: Nggak kuliah juga bisa sukses. So, no worries.

Hopefully, we can explore ourself to the maxx and lead this country to a better future, Indonesia’s future is on OUR HAND !!! ;)

Thank you, soriii kalo ada yang berseberangan kak ;)

You’re welcome.



NB: Ini emang bukan tulisan gue, ini gue ambil dari blog seorang cewe yang berhasil banget nyentuh gue dengan semangatnya buat perubahan buat negara kita ini. Gak tau pasti cewe ini kelahiran tahun berapa dan kuliah dimana, tapi yang pasti, gue tau blog dia ini dari Bos dikantor yang tiba - tiba ngemail ditengah dateline iklan yg padet,, nyuruh gue baca http://nasional.kompas.com/read/xml/2011/02/09/09264881/Alanda.dan.Kasus.Bank.Century tulisan dia disini, bener bener nyentuh emosional gue banget. Dan gue jadi pengen cepet cepet pulang dan meluk Ibu. Satu satunya orang yang sangat dan paling ingin gue lihat senyumnya di tiap hari - hari gue. 

Buat Alanda atau siapapun yang mungkin sedang merasa yang sama seperti dia saat ini,, tabah ya girls. You definitely get through this all. All is well, u must remember it. ini udah merupakan kuasa Tuhan. always smile,, whatever you're facing right now!!!

maaf ya Alanda,, ga ijin langsung muat tulisannya di blog ini. Semoga tulisan ini menjadikan inspirasi buat anak anak seumuran kita yaa :) 

0 komentar:

Posting Komentar

Menanti

Aku tidak ingin menghabiskan waktu bersama dengan orang yang tidak aku cintai sama sekali..

Dan aku telah memilih,,

Untuk menunggu orang yang aku cintai..